Yuk Simak Proses Pembuatan Minuman Arak Khas Pulau Dewata Bali
Sekilas, perbedaannya dibandingkan dengan berbagai label Arak Bali hanya kemasan. Namun, jika mereka dieksplorasi nanti, ada perbedaan lain, termasuk bahan baku. Tri Eka Buana Village Perbekel I Ketut Derka mengatakan bahwa setiap Arak Bali yang diproduksi memiliki perbedaan dalam pemilihan bahan dasar sebelum perawatan. "Meskipun tidak ada jenis arak bali, ada perbedaan dibandingkan dengan pemilihan pohon yang digunakan," katanya ketika ia dihubungi oleh Kompas.com pada hari Senin (20/2/2020). "Ada area tertentu yang tidak menggunakan telapak tangan kelapa, tetapi menggunakan pohon -pohon palem (gula aren)," lanjutnya.
Derka berkata, Bali memiliki beberapa tempat terkenal untuk membuat arak yang lezat. Beberapa tempat ini seperti Tri Eka Buana Desa, Desa Bandem dan Desa Abang di Kabupaten Karangasem. Kemudian di area Kabupaten Buleng. Dari masing -masing wilayah ini, masing -masing memiliki pilihan pohon yang berbeda. Bahkan, ada juga area yang mengetik getah pohon etal (lontar). Namun demikian, kata Derka, arak Bali yang paling populer dan permintaan wisatawan dan populasi lokal adalah arak dari nira kelapa.
Di desa, Kabupaten Buleng, bahan baku arak Bali berasal dari nira pohon lontar, bahkan jika ada juga pohon kelapa dan pohon palem di wilayah tersebut. Alasan, populasi lokal paling sering menggunakan nira kelapa. Untuk proses pengambilan nira, umumnya dipanen hanya 1 x 24 jam. Karena nira yang lebih panjang di pohon dapat menghasilkan alkohol alami. "Media yang digunakan dalam penyadapan adalah serat kelapa. Fermentasi cukup panjang, sehingga Wayah (dewasa/tua), alkoholik," kata Chef Gede Yudiahan, Sabtu (15/02/2020). Setelah teman sekamar jatuh dan difermentasi di atas, Yudiahan melanjutkan, di bawah, ada juga proses fermentasi selama 6 hingga 12 jam.
Nira yang baru diturunkan akan ditempatkan dalam wajan besar yang nantinya dapat menghasilkan 20 botol kecil 600 ml arak. Panci akan ditempatkan tutup yang memiliki lubang dalam ukuran penyuling. Kemudian tepi ditutup menggunakan lem. Lem yang digunakan terbuat dari telapak tangan. Lem bekerja sehingga uap keluar ketika ruangan tidak direbus.
Proses distilasi disarankan untuk menggunakan bambu, bukan pipa plastik. Karena proses pemurnian akan mempengaruhi arak. Penyempurnaan menggunakan bambu akan memberikan rasa yang lebih halus dan lebih lezat. Saat menggunakan pipa plastik, itu menghasilkan rasa plastik. Bambu yang digunakan juga harus memiliki panjang minimum 8 meter. "Api harus rendah, (dalam bambu) distilasi panjang. Jika di sini (desa) menggunakan kayu bakar, jangan gunakan kompor," kata Yudiahan.
Sementara itu, di desa Tri Eka Buana, Arak Bali memiliki bahan baku kelapa. Manufaktur tidak jauh berbeda dari pembuatan arak di penduduk desa. Namun, petani umumnya membuat nira kelapa dua kali sehari di pohon.
"Petani Arak mencari kelapa (nira), maka ketika mereka adalah keturunan yang dikumpulkan dalam tong 80 hingga 90 liter," kata Derka. "Setelah dikumpulkan, diberi serat kelapa dan masukkan anggur untuk proses fermentasi selama 2-3 hari," lanjutnya. Meskipun menggunakan bubuk kelapa, kata Derka, produsen arak juga sering menggunakan kulit kayu atau Kutat. Dari tiga media yang difermentasi, proses harus dilewati sebelum dimasukkan ke dalam SAP.
Serat kelapa, kulit kulit kayu dan Kutat harus dikeringkan terlebih dahulu selama 14-20 hari. Setelah pengeringan, ketiganya akan dihancurkan dengan dipukul dengan sepotong kayu di atas batu. Setelah menjadi lunak, kemudian digunakan sebagai lingkungan fermentasi. Setelah periode fermentasi selama 2 hingga 3 hari, getah akan melewati rasa manis ke sedikit keras, karena kandungan alkohol meningkat.
"Distilasi pagi hari 5-5 sore. Api juga tidak penting. Jika pertama, karena airnya dingin, itu bisa lebih besar," kata Derka. "Setelah arak mendidih, api disesuaikan dengan kayu bakar untuk menyusut sehingga rasa anggurnya enak," kata Derk
Komentar
Posting Komentar